Punya turunan darah seni dari keluarga, tak langsung membuat Luman Sardi fokus menjadi seorang seniman. Ia bahkan sempat menyangkal jika dirinya punya bakat . Awalnya Lukman mencoba geluti dunia musik. Idris Sardi, sang ayah yang diketahui sebagai legenda musik di Indonesia, sempat mengajarinya.
Setiap jam lima ia berlatih main biola. Bahkan dimasukkan ke sekolah musik untuk mendalami permainan biola. Setelah sekian lama, Lukman menyadari sesuatu dan kemudian memutuskan untuk melepaskan musik. Lukman Sardi sengaja ambil studi hukum saat mengecap pendidikan di perguruan tinggi.
Tujuannya jelas, ia tak mau terjun ke dunia seni dan dianggap mendompleng nama besar ayahnya. Pada akhirnya Lukman sempat menjadi penjual asuransi dan menikmati pekerjaannya karena penghasilannya lumayan. Namun ia berhenti bekerja sebagai penjual asuransi setelah bertemu seorang teman.
"Gue diajakin sahabat gue yang bikin Cikal, karena dia tahu gue suka anak kecil. Akhirnya gue kerja di Cikal. Gue manajemen taman bermainnya, kadang gue ngajarin anak anak," katanya lagi. Lukman pun akhirnya menjadi guru TK di sana. Dari sana ia pun sempat terlibat membuat film pendek di sekolah Cikal. "Sampai akhirnya gue di Cikal, tiba tiba gue dapat tawaran dari Sapto, casting manajer. Dia nelepon gua kalau ada casting. Casting? Gue udah lama gak ikut casting, udah ikut aja katanya," papar Lukman.
Saat datang, dia akhirnya diberi buku Soe Hok Gie. Lukman pun tidak menaruh harapan yang besar akan lolos casting. Ternyata, sutradara film Soe Hok Gie yaitu Mira Lesmana tertarik pada Lukman saat bermain film pendek saat di Cikal. "Ternyata gue menemukan oh ini tetep ternyata gue gak bisa denial, my passion. Ini ternyata jalan gue," pungkasnya. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.